Pohon Natal di kolong Jembatan
(catatan kecil peniup seruling)
oleh: J. Marxeso
(catatan kecil peniup seruling)
oleh: J. Marxeso
“Hujan datang, semua gembira lebih-lebih pak tani (tidak peduli ia menggarap sawah siapa) mendung, hujan adalah berkah, dan sekaligus harapan...harapan untuk dapat melanjutkan hidup. Tapi dibalik harapan pak tani tadi ada kesedihan dan kecemasan bahkan menghancurkan harapan ...anak manusia yang hidup dikota yang sesak di daerah kumuh dibantaran sungai, hujan adalah penderitaan rutin yang datang setiap tahun, hujan adalah raksasa mirip sang Siwa yang agung karena daya hancurnya”. Dan bersyukur kadang -kadang bersamaan dengan lolongan kepedihan.
Catatan ini kita awali dengan berbicara tentang musim hujan yang datangnya setiap bulan Desember ,bulan ini sangat istimewa bagi manusia yang menerima Yesus sebagai juru selamatnya sebagai nabinya bahkan ada yang fanatik sebagai sopir pribadi (dimobil ada stiker bertuliskan “Yesus Juru Mudiku”).
Sebentar lagi Natal... pemuda gereja mulai sibuk latihan drama,koor, tari ndekor grejo dan dalam kesempatan itu sekaligus nglirak-nglirik cari pacar (dan yang ini sangat alami sekali),
dan petani tadi adalah kelompok manusia yang paling bersahabat dengan alam dan derita. Pribadi Yesus adalah sosok symbol bagaimana melawan penderitaan itu dengan cara yang aneh (setidaknya menurut penulis) yang tidak lazim pada jamannya maupun jaman sekarang ,melawan dengan kasih....jan uaaaneh.
Dan dibalik kedatangannya tadi ada yang resah seperti hujan dan penghuni dibantaran sungai walaupun kasusnya berbeda, ...sudah menjadi takdir perubahan pasti membawa keguncangan dengan tingkat yang berbeda, tergantung besarnya pengaruh perubahan itu sendiri . Ya kita tak kan perpanjang masalah tadi yang jelas secara tradisi kita merayakan kelahiran Yesus bayi miskin dari Nazaret itu pada tanggal 25 Desember setiap tahun meskipun tanggal dan tahunnya masih diperdebatkan, tapi biarlah mereka berdebat karena berdebat juga penting terutama bagi mereka yang menganggap perdebatan sebagai kebutuhan hidup dan mempertebal iman asalkan tidak mukuli atau merusak kalau kalah.
Gemebyar natal adalah kebutuhan ....coba kalau natal tidak ada pohon cemara (plastic) kelap kelip, salju buatan, kartu ucapan , baju baru, dan hadiah natal pesta makan-makan, natal akan menjadi hambar seperti sayur buatan gadis belajar memasak ..kurang garam, lalu diejek pengen kawin ya ?! ...
Kenapa natal bisa begitu maknanya ? jawabannya sederhana sekali karena kita dibiasakan begitu dan kita menikmati keadaan itu ..natal adalah pesta, natal adalah gebyar-gebyar .
Gereja satu dan lainnya berlomba menghabiskan dana sebanyak-banyaknya untuk tidak mau kalah meriah..karena bisa menjadi gunjingan dan jemaatnya lari kegereja yang lebih gemebyar ...akhirnya pak pendeta pusing dan tekanan darahnya naik.
Kelahiran bayi Yesus yang miskin dikandang yang bau ..atap bocor dan angin dingin yang menusuk tulang... peristiwa kelahiran itu sendiri sangat normal bagi orang miskin (ya begitulah orang miskin melahirkan), lalu apanya yang istimewanya ? yang istimewa adalah bayinya...ya, Yesus itu yang nantinya akan membawa perubahan bagaimana manusia seharusnya menyelesaikan masalahnya, dan gaya penyelesaian model Yesus sama sekali berbeda dengan apa yang dilakukan oleh manusia saat itu dan saat ini, jaman itu pengaruh hukum Hammurabi dari Babilonia (2000 thn SM) masih terasa (bahkan masih dipakai sekarang)”mata dibalas mata gigi dibalas gigi”
Pencuri ketangkep ya dipotong tangannya (di Indonesia sekarang dibakar) kita lihat apa kata Yesus kalau ditonjok pipi kiri beri pipi kananmu, sampai yang nonjok mikir lho kok diam saja bahkan mengampuni ..lalu yang nonjok nangis ngero-ngero minta maaf jadilah perdamaian yang paling damai (bukan mau damai karena kalah).
Yesus adalah pribadi yang melawan kehendak manusia yang telah kehilangan kemanusiaan.
Karena dosa itulah ada perang, korupsi, KKN, banjir karena hutan habis di palak, habitat rusak, merosotnya kemanusian sebagai citra Allah.Sekarang mari kita dengar dan lihat dengan sungguh-sunguh makna terdalam kelahiran Yesus , saat ini telah berubah, manusia terbius ..oleh gemebyar asesoris Natal ,Yesus diganti dengan tokoh Santa Klaus pembawa hadiah, anak kecil tidak menanti datangnya bayi Yesus tapi kapan sang Santa Klaus datang dengan hadiahnya...ayah ibuk sibuk mencari hadiah, kalau tidak akan di cap jelek oleh sang anak, Pohon Natal dengan segala tehnologinya dipajang dengan gagahnya ditempat umum dan didepan gereja sementara orang miskin, pengemis, pencari barang bekas melihatnya dengan perut kosong , dan terheran-heran apa ini?, anak –anak dipanti asuhan menangis karena melihat sinetron di TV bagaimana ayah, ibu dan anak-anak menghias pohon Natal dan membuka hadiah....hal yang hanya ada di mimpi saja bagi mereka.
Coba kita hitung kalau setiap gereja saja bisa menghabiskan dana paling sedikit 3 juta Rupiah dan setiap rumah tangga Kristen kita anggap saja 500 Ribu rupiah dihabiskan untuk merayakan Natal, lalu kita hitung diseluruh Indonesia berapa jumlah gereja dan jumlah keluarga Kristen...wah berapa triliun rupiah yang terhambur untuk perayaan Natal setiap tahunnya..... kita berandai – andai kalau uang itu kita kumpulkan dan kita berikan pada mereka yang kekurangan yang tidak dapat sekolah, wah tidak terbayang, mungkin bisa untuk menyewa kamar yang layak untuk bayi Yesus yang meronta-ronta diperut bundaNya.
Peranan kaum muda sebagai pembaharu, dimanapun terjadi perubahan disana kaum muda-lah korek pembakarnya, penyulutnya... perlukah saat ini kita merubah “sesuatu” yang kita anggap benar menjadi kebenaran menurut Yesus ? yang datang sebagai bayi miskin dan termarjinalkan oleh keadaan, saat ini banyak bayi-bayi seperti Yesus dikala lahirnya, kita akan temui wajah-wajah Sang Juru Selamat. Sang Guru, yang suci itu di pinggir-pinggir jalan dalam keadaan miskin, di tempat pembuangan sampah disetiap kota, dikolong jembatan, dipanti-panti asuhan, mereka yang sakit dan ditolak rumah sakit karena biaya, anak-anak yang harus bekerja dengan taruhan nyawa diperempatan jalan. masih banyak lagi, ya masih banyak lagi.
Ini sekedar catatan atau bahkan tidak bermakna, mari kita maknai Natal tahun ini bukan dengan kemeriahan semu terbalut asesoris buatan pabrik yang kita keluarkan dari kotaknya setahun sekali, tapi dengan kerlap-kerlip yang dapat menyalakan kemanusiaan, kita tancapkan pohon Natal itu di bathin kita sehingga tumbuh dan menjalar ketangan kita sehingga tangan kita siap terulur untuk sesama...dan Yesus tersenyum dan berkata “ Aku mengenalmu, kaulah anak-anakKu yang kukasihi, kau beri Aku selimut saat Aku Kedinginan, kau beri Aku makan saat Aku kelaparan, kau beri Aku minum saat aku kedinginan”.
SELAMAT NATAL, NATAL YANG BERBEDA
<< Home